Friday, April 20, 2012

jejas persalinan

JEJAS PERSALINAN
Dengan faktor 3 P, kemungkinan besar terdapat kelainan yang mempengaruhi jalannya persalinan, sehingga memerlukan intervensi persalinan untuk mencapai well born baby dan well health mother. Persalinan yang memerlukan bantuan dari luar karena terjadi penyimpangan dari 3 P disebut persalinan distosia.
Kelainan yang terdapat pada masing-masing faktor dapat dirinci sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan power adalah kekuatan his dan mengejan.
Faktor penyebab his tidak kuat
            His yang sifatnya lemah. pendek. dan jarang dari his normal yang terbagi menjadi:
Yaitu  Bila sejak semula kekuatannya sudah lemah
 His pernah cukup kuat, tetapi kemudia melemah.
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, pada bagian terendah terdapat kaput, dan mungkin ketuban telah pecah. His yang lemah dapat menimbulkan hahaya terhadap ibu maupun janin sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit. puskesmas atau dokter spesialis.
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat kesempatan relaksasi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi:
Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibatnya mungkin fatal:
• Terjadi persalinan tidak pada tempatnya.
• Terjadi trauma janin karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.
• Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan, inversio uteri.
2. Passage: jalan lahir.
Jalan lahir merupakan komponen yang sangat penting dalam proses persalinan yang terdiri dari jalan lahir tulang dan jalan lahir lunak. Proses persalinan merupakan proses mekanis yang melibatkan tiga faktor, yaitu jalan lahir, kekuatan yang mendorong, dan akhirnya janin yang didorong dalam satu mekanis tertentu dan terpadu. Dari ketiga komponen tersebut hanya kekuatan (his dan mengejan) yang dapat dimanipulasi dari luar tanpa membahayakan janin dalam proses persalinan.

Jalan lahir merupakan komponen yang tetap. artinya dalam konsep obstetri modern tidak diolah untuk dapat melancarkan proses persalinan kecuali jalan lunak pada keadaan tertentu tanpa membahayakan janin.
Jalan lahir tulang mempunyai kriteria sebagai berikut:
• Pintu atas panggul dengan distansia transversalis kanan kiri lebih panjang dari muka belakang.
• Mempunyai bidang tersempit pada spina ischiadica.
• Pintu bawah panggul terdiri dari dua segi tiga dengan dasar pada tuber ischii, ke depan dengan ujung simfisis pubis, ke belakang ujung sacrum.
• Pintu atas panggul menjadi pintu hawah panggul, seolah-olah herputar sembilan puluh derajat.
• Jalan lahir depan panjang 4,5 cm sedangkan jalan lahir belakang panjangnya 12,5 cm.
• Secara keseluruhan jalan lahir merupakan corong yang melengkung ke depan, mempunyai bidang sempit pada spina ischiadica, terjadi perubahan pintu atas panggul lehar kanan kiri menjadi pintu hawah panggul dengan lebar ke depan dan belakang yang terdiri dari dua segitiga.
Dengan demikian jalan lahir tulang sangat menentukan proses persalinan apakah dapat berlangsung melalui jalan biasa atau melalui tindakan operasi dengan kekuatan dari luar. Yang perlu mendapatkan perhatian bidan di daerah pedesaan adalah kemungkinan ketidakseimbangan antara kepala dan jalan lahir dalam bentuk disproporsi sefalopelvik. Sehagai kriteria kemungkinan tersehut terutama pada primigravida dapat diduga bila dijumpai:
• Kepala janin belum turun pada minggu ke 36 yang disebabkan janin terlalu hesar, kesempatan panggul, terdapat lilitan tali pusat dan terdapat hidrosefalus.
• Kelainan letak: letak lintang, letak sungsang.
• Pada multipara kemungkinan kesempitan panggul dapat diduga riwayat persalinan yang huruk dan persalinan dengan tindakan operasi.
Kelainan pada jalan lahir lunak dapat terjadi gangguan pemhukaan terutama:
1. Serviks.
a. Serviks’yang kaku.
• Terdapat pada primi tua primer atau sekunder.
• Serviks yang mengalami banyak cacat perlukaan (sikatrik).
b. Serviks gantung.
• Osteum uteri eksternum terbuka lebar, namun osteum uteri internum tidak dapat terbuka.
c. Serviks konglumer.
• Osteum uteri internum terbuka, namun osteum uteri eksternum tidak terbuka.
d. Edema serviks.
• Terutama karena kesempitan panggul, serviks terjepit antara kepala dan jalan lahir sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah dan cairan yang menimbulkan edema serviks.
e. Serviks duplek karena kelainan kongenital.
2. Vagina.
Kelainan vagina yang dapat mengganggu perjalanan persalinan:
• Vagina septum: transvaginal septum vagina, longitudinal septum vagina.
• Tumor pada vagina.
3. Himen dan perineum.
Kelainan pada himen imperforata, atau himen elastik pada perineum terjadi kekakuan sehingga memerlukan episiotomi yang luas.
Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam proses persalinan dan memiliki ciri sebagai berikut:
• Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besarnya lahir, maka bagian lainnya lebih mudah lahir.
• Persendian kepala berbantuk kogel, sehingga dapat digerakkan ke segala arah, dan memberikan kemungkinan untuk melakukan putar paksi dalam.
• Letak persendian kepala sedikit ke belakang, sehingga kepala melakukan fleksi untuk putar paksi dalam.
• Kelainan bentuk dan besar janin: anensefalus, hidrosefalus, janin mak-rosomia.
• Kelainan pada letak kepala: presentasi puncak, presentasi muka, presentasi dahi, kelainan posisi oksiput.
• Kelainan letak janin: letak sungsang; letak lintang dan atau letak mengolak; presentasi rangkap (kepala tangan, kepala kaki, kepala tali pusat).
Setelah persalinan kepala, badan janin tidak akan mengalami kesulitan. Pada beberapa kasus dengan anak yang besar pada ibu dengan diabetes melitus, terjadi kemungkinan kegagalan persalinan bahu. Persalinan bahu yang berat cukup berbahaya karena dapat terjadi asfiksia. Persendian leher yang masih lemah dapat merusak pusat-pusat vital janin yang berakibat fatal.
Pada letak sungsang dengan mekanisme persalinan kepala dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala terbatas dengan waktu sekitar 8 menit dan tulang dasar kepala tidak mempunyai mekanisme maulage, yang dapat memperkecil volume tanpa merusak jaringan otak. Dengan demikian persalinan kepala pada letak sungsang atau versi ekstraksi letak lintang harus dipertimbangkan agar tidak menimbulkan morbiditas yang lebih tinggi.
Persalinan fisiologis menempati jumlah terbesar 97% dengan oksiput bertindak sebagai hipomoklion, dan lingkaran suboksipito- bregmatika sebesar 32 cm melalui jalan lahir. Berbagai posisi kepala janin dalam kondisi defleksi dengan lingkaran yang melalui jalan lahir bertambah panjang sehingga menimbulkan kerusakan yang makin besar. Pada keadaan presentasi rangkap karena volume janin yang melalui jalan lahir makin besar, di samping terjadi jepitan bagian kecil, yang dapat menimbulkan persoalan baru. Kedudukan rangkap yang paling berbahaya adalah antara kepala dan tali pusat, sehingga makin turun kepala makin terjepit tali pusat, menyebabkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim.
4. Tumor pada jalan lahir:
Tumor jalan lahir dapat menghalangi proses persalinan dengan jalan menghalangi turunnya kepala atau bagian terendah. Tumor berasal dari ovarium yang bertangkai, mioma uteri yang bertangkai, sehingga dalam perjalanan persalinan dapat terfiksir di pelvis minor. Tumor yang berasal dari vagina sebagian besar dalam bentuk kista, sehingga tidak banyak mengganggu perjalanan persalinan, hanya dengan jalan mengeluarkan isinya melalui pungsi.
• Kelainan tulang pada jalan lahir.
• Tumor yang berasal dari: indung telur. otot rahim (mioma uteri) terfiksir pada pelvik minor.
• Tumor yang berasal dari vagina.
Ketrampilan penolong dapat mempengaruhi terjadinya jejas persalinan, apabila pertolongan persalinan dilakukan oleh tenaga yang belum ahli dan tidak cakap maka persalinan dapat menyebabkan peningkatan resiko terhadap jejas persalinan dan kejadian lainya.

Caput suksadenum adalah pembengkakan yang edematosa dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan selama persalinan verteks. Edema pada caput suksadenum dapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk kecenderungan  hiperbilirubin.
Kadang-kadang caput suksadenum disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu
Tanda  Gejala :

•pembengkakan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang melampaui sutura
•Isi getah bening
•hilang pada 2-4 hr àtidak diperlukan terapi
•Jika ekimosis luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk kecenderungan hiperbilirubin.
•Kadang-kadang caput suksadenum disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu.
Sefalhematoma adalah perdarahan subperiosteal akibat kerusakan jaringan periosteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir dan tidak pernah melampaui sutura sagitalis / garis tengah.
Kelainan ini muncul beberapa jam setelah lahir dan cenderung membesar . Hilangnya agak lama
yaitu sekitar 4 – 6 minggu (1-3   bulan).

Penyebab:
Hal – hal yang dapat menyeba
bkan terjadinya Cephalhaematoma        adalah:
1.Tekanan jalan lahir yan
g terlalu lama pada kepala saat  persalinan
- Tekanan yang lama pada j
alan lahir saat persalinan akan    menyebabkan terjadinya cedera pada periosteum           kranium. Insidennya terjadi 2.5     % menurut tinjauan selama 10 tahun yang dilakukan oleh Thacker dkk           (1987).
- Benturan yang berlebihan antara kepala bayi dengan lingkar tulang
panggul selama persalinan, jaringan yang lunak dan keras dari kepala
mengalami kerusakan sehingga periosteum mulai
terkoyak dan   disana pengeluaran darah melambat yang akhirnya menyebabkan bengkak       yang besar.  Bengkak ini tidak ada saat   lahir.
- Beberapa Cephalhaematoma terjadi pada garis linear tulang kepala dimana
sebagian besar sembuh dengan baik. Tanda yang jelas dari fraktur adalah
daerah yang tertekan dari kepala bayi terutama yang melebihi tulang
parietal. Tipe perlukaan terjadi pada presentasi vertex tetapi bisa
juga berpengaruh pada tulang parietal ( bi – lateral Cephalhaematoma )

dan kadang terjadi pada tulang    
oksipital
2.Moulase yang terlalu keras/ b
erat sehingga selaput tengkorak   robek.
3.Partus dengan  tindakan :
-Forceps
-Vacum Ektraksi

Tanda dan   
Gejala:
Tanda – tanda dari Cephalhaematoma adalah sebagai berikut :
1.B
engkak pada kepala dan berwarna   merah
2.Bat
asnya   jelas
Adanya lesi periosteum dengan tepi yang jelas dan dapat diraba sehingga membedak
an Cephalhaematoma dengan Caput      succedaneum.
3.Teraba
keras
4.Muncul beberapa jam setelah  
persalinan
5.Tidak melewati sutura       
sagitalis
6.Bersifat      singular             atau
bilateral
7.Menetap selama 4 – 6       
minggu

3. TRAUMA FLEKSUS BRACHIALIS
  Fleksus brachialis adalah anyaman (latin : fleksus ) serat saraf yang berjalan dari tulang belakang C4-T1, kemudian melewati bagian leher dan ketiak, dan akhirnya keseluruh lengan ( atas dan bawah ). Serabut saraf akan didistribusikan kebeberapa bagian lengan. Jaringan saraf dibentuk oleh cervical yang bersambuangan dengan dada dan tulang belakang urat dan pengadaan di lengan dan bagian bahu.
Trauma pada Fleksus Brachialis Proses kelahiran sangat dipengaruhi oleh kehamilan. Dalam  kehamilan yang tidak ada gangguan, diharapkan kelahiran bayi yang normal, di mana bayi dilahirkan cukup bulan, pengeluaran dengan tenaga ibu mengedan denga cara tidak dipaksakan dan kontaraksi kandung ramin tanpa mengalami akfiksi yang berat maupun trauma lahir seperti trauma pada fleksus brachialis
Macam-macam plesksus brachialis yaitu :
1.    Paralis wajah dan cedera pleksus brachialis
     Cedera pada wajah termasuk memar karena penggunaan forsep atau paralis wajah yang disebabkan oleh forsep maupun tekanan sakkrum ibu.
Tanda-tanda paralis wajah termasuk wajah asimetris. Salah satu mata mungkin tetap terbuka.
Tindakan kebidanan dapat meliputi konsultasi penggunaan pelindung mata ( eye patch) dan tetesan mata untuk lubrikasi. Paralis ini bersifat sementara.
     Cedera fleksus brachialis dapat terjadi saat prenatal atau selama proses kelahiran saat traksi digunakan di leher. Cedera tersebut dapat terjadi pada kelahiran persentasi bokong atau kelahiran yang diperberat distosia bahu. Bahu baru lahir yang mengalami cedera fleksus brachialis rewel dan merasa nyeri. Manifentasi cedera bergantung pada radiks saraf yang terkena dan derajat cedera. Radiks saraf dapat terkena adalah radiks saraf servikal C5 dan C6( paralis Erb-Duchenne ), radiks C8 dan T1 ( paralis Klumpke ), arau keduanya.
     Tanda-tanda fisik paralisis Erb-Duchenne termasuk hilangnya pergerakan secara pada lengan yang terkena dengan aduksi pada bagian bawah lengan tersubut. Hal ini menyebabkan karakteristik tanda “tip pelayanan” (waiter's tip) yang ditandai denga totasi iternal bagian bawah lengan dengan jari dan pergelangan tangan fleksi. Refles menggenggam tidak terganggu, tetapi reflex moro lemah pada sisi yang terkena.
Pada paralisis Klumpke, refles genggam hilang dan tangan bayi dalam postur seperti mencakar.
     Cedera fleksus brachialis sering terjadi dan ditemukan pada hampir 1 dalam tersebut bIasanya terjadi setelah suatu persalinan yang sulit, namun kadangkala sesudah persalinan yang tampaknya mudah, bayi baru lahir dengan mengalami kelumpuhan. Paralisis Dukchenne atau Erb meliputi paralisis mulkulus deltoideus dan infraspinatus disamping lengan tanpak lemas dan tergantung disisi tubuh, dengan lengan bawah dalam keadaan ekstensi serta rotasi ke dalam. Fungsi jari-jari tangan biasanya tidak terganggu.
     Lesi ini terjadi akibat regangan atau robekan pada radiks superior pleksus brachialis yang mudah mengalami tegangan ekstrim akibat tarikan kepala ke lateral, sehingga denag tajam memfleksikan pleksus tersebut kea rah salah satu bahu. Mengingat traksi dengan arah ini sering dilakukan untuk melahirkan bahu pada presentasi verteks yang normal, paralisis Erb dapat tejadi pada persalinan yang tampak mudah. Karena itu, dalam melakukan ekstraksi kedua bahu bayi, kita harus berhati-hati agar tidak melakukan flaksi lateral leher yang berlebihan. Yang paling sering terjadi, pada kasus dengan persentasi kepala, janin yang menderita paralisis ini memiliki ukuran khas abnormal yang besar, yaitu denga berat 4000 gram atau lebih.
     Pada ekstraksi bokong, kita harus memberikan perhatian terutama untuk mencegah ekstensi kedua lengan lewat kepala. Lengan yang ektensi bukan saj memperlambat persalinan bokong namun juga meningkatkan resiko paralisis. Prognosis keadaan ini biasanya baik bial dilakukan fisioterapi segera dan tepat. Namun, demikian kadangkala terdapat kasus yag tidak berhasil diatasi denagn segalah tindakan dan lengan bayi mengalami paralisis permanen.
     Yang lebih jarang terjadi, trauma terbatas pada nervus bagian distal dari pleksus brachialis yang menimbulkan paralisis tangan atau paralisis Klumpke.
     Penatalaksanaan kebidanan meliputi rujukan untuk membebat yang terkena dekat dengan tubuh dan konsultasi dengan tim pediatric. Orang tua harus dianjurkan untuk sebisa mungkin menghindari menyentuh ekstremitas yang tekena selama minggu pertama karena adanya nyeri. Orang tua dapat diyakinkan bahwa pada mayoritas kasus, paralisis hilang dalam 3-6 bulan, dengan perbaikan awal dibuktikan dalam beberapa minggu. Terapi ini bermanfaat setelah pembengkakan pertama berkurang.
     Cedera pada radiks lebih tinggi, yaitu pada pleksus brachialis (C3-C5) dapat menyebabkan tanda gangguan pernapasan yang signifikan karena paralisis saraf frenikus dan gangguan diafragma. Bayi baru lahir yang mengalami tipe cedera saraf ini bernapas sangat dangkal dengan ekskursi pernapasan dan memerlukan dukungan pernapsan agresif saat lahir. 
2.    Paralisis fleksus brachialis
     Timbul akibat tarikan kuat pada leher bayi, misal pada distosia bahu atau persalinan sunsang.
Kelainan ini terdiri atas :
a.    Paralisis Duchenne – Erb yaitu mengenai lengan atas dipersarafi cabang-cabang C5-C6,lengan dalam dengan ektensidan aduksi dengan refleks biseps dan refleks Moro negatif atau dengan pengertian lain adalah kelumpuan bagian tubuh yang disarafi oleh cabang-cabang C5 dan C6 dari fleksus brachialis.disini terdapat kelemahan untuk fleksi, abduksi, serta  memutar keluar, disertai hilangnya refleks biseps dan Moro. Jadi bayi diangkat maka lengan yang lumpuh akan tergantung lemas.
b.    Paralisis Klumpke, yaitu mengenai lengan bawah yang depersarafi cdabang-cabang C8-T1,sangat jarang ditemukan atau dengan kata lain kelumpuhan bagian-bagian tubuh yang disarafi oleh cabang C8-T1 dari fleksus brachialis. Disini terdapat kelemahan otot-otot freksor pergelangan tangan, sehingga bayi kehilangan refkes mengepal.
Kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat didaerah leher pada saat lahirnya bayi, sehingga terjadi kerusakan pada fleksus brachialis. Hal ini ditemukan pada persalinan sunsang apabilah dilakukan traksiyang kuat dalam usaha melahirkan kepala bayi. Pada persalinan presentasi kepala, kelainan dapat terjadi pada janin pada bahu lebar.
Pengobatan ialah dengan imobilisasi lengan yang lumpuh dalam posisi lengan atas abduksi 90,siku fleksi 90disertai supinasi lengan bawah dan pergelangan tangan dalam ekstensi, selain 12 jam sehari, disertai massege dan latihan gerak. Atau penaggulangannya dengan jalan meletakkan lengan atas dalam posis abduksi 90 dan putaran keluar. Siku berada dalam fleksi 90 disertai supinasi lengan bawah dengan ektensi pergelangan dan telapak tangan menghadap kedepan. Penyembuhan biasanya setelah beberapa hari, kadang-kadang 3-6 bulan. Atau penyembuhan berpariasi antara 2 bulan sampai 2 tahun
3.    Brachialis palsi
a.    Pengertian
Kelumpuhan pada fleksus brachialis.
b.    Penyebab
1)    Tarikan lateral pada kepala dan leher pada waktu melahirkan bahu presentasi kepada
2)    Apabilah dengan entensi melewati kepala pada presentasi bokong atau terjadi tarikan yang berlebihan pada bahu
c.    Gejala
1)    Gangguan motorik lengan atas
2)    Lengan atas dalam kedudukan ekstansi dan abduksi
3)    Jika anak diangkat maka lengan akan lemas tergantung
4)    Refleks moro negatif
5)    Hiperekstensi dan fleksi pada jari-jari
6)    Refleks meraih dengan tangan tidak ada
7)    Paralisis dari lengan atas dan lengan bawah
“Gejala-gejala tersebut tergantung besar kecilnya kelumpuhan”
d.    Penatalaksanaan
1)    Immobilisasi parsial dan penempatan lengan yang sesuai untuk mencegah terjadinya kontraktur
2)    Beri penguat atau bidai selama 1-2 minggu pertama kehidupannya. Caranya : letakkan tamgan bayi yang lumpuh disamping kepalanya yaitu dengan memasang perban pada pergelangan tangan bayi kemudian dipanitikan dengan bantal atau seprei disamping kepalanya
3)    Rujuk segera kerumah sakit
C.   Penyebab
     Ada banyak penyebab kemungkinan lesi pleksus brachialis. Trauma adalah penyebabyang paling sering, selain itu juga konpresi local seperti pada tumor ideopatik, radiasi, post operasi dan cedera pada lahir.

4. FRAKTUR KLAVIKULA
Yaitu dislokasi tulang/perobahan tempat posisi tulang.
Tanda dan gejala:
Penyebab:
Mengalami kesulitan saat kelahiran bayi.
 distosia bahu

Penatalaksanaan dan asuhan kebidanan:
Lakukan managemen palsi lengan.
Nasihati ibu agar kembali lagi 5 hari kemudian untuk mengganti pembalut

Kesulatan ketika saat melahirkan bahu pada persalinan akibat tarikan yang berlebihan
Tanda dan gejala:
Tidak adanya gerakan tungkai spontan
Gerakan kaki ber kurang.dan asimetris.

Penyebab :

Penata laksanaan dan asuhan kebidanan:
Beri bantalan kapas atau kasa antara lengan yang terkena dan dada dari ketiak sampai siku.
Balut lengan atas sampai ke dada dengan kasa pembalut.Penangan pada fraktur humerus dapat optimal jika dilakukan pada 2-4 minggu dengan imobilisasi tungkai yang mengalami fraktur.
Nasihati ibu agar kembali 10 hari kemudian untuk mengganti pembalut atau di rujuk ke bag.bedah tulang

Dengan dilakukanya pemeriksaan antenatal secara teratur dapat meminimalkan resiko terjadinya jejas persalinan. Dalam antenatal care dapat dilakukan pemeriksaan dan pemberian suplemen tambahan untuk dapat meminimalkan terjadinya masalh selama kehamilan maupun saat persalinan dan masa nifas
 ANC penting dilakukan untuk meminimalkan terjadinya jejas persalinan, semisal dilakukan skrining kepada ibu hamil seperti pemeriksaan awal tentang ukuran panggul luar dan panggul dalam, apabila dalam pemeriksaan didapatkan pasien memiliki panggul sempit maka ersalinan dapat dilakukan secara secar sehingga dapat terhindar dari jejas persalinan. Selain pemeriksaan panggul dalam pemeriksaan ANC juga bisa dilakukan pemeriksaan tanda-tanda bahaya kehamilan, semisal terdapat plasenta previa. Dapat juga dilakukan konseling selama kehamilan tentang masa-masa kehamilan sehingga dapat mencegah terjadinya kelelahan pada ibu saat persalinan, mengajarkan ibu cara mengejan yang benar. Selain itu pemeriksaan ANC juga berfungsi untuk mengetahui bagaimana kondisi dan posisi janin di dalam kandungan.

Ketrampilan penolong persalinan sangat menentukan terjadinya jejas persalinan atau tidak, apabila penolong persalinan kurang terampil maka akan meningkat resiko terjadinya jejas persalinan, semisal terjadi fraktu pada bayi.

Mengajak ibu dan keluarga berdoa untuk kesembuhan anaknya, kelahiran anak adalah suatu anugrah sehingga kita perlu mensyukuri nikmat yang Allah SWT berikan. Ini hanyalah salah satu cobaan yang harus kita lalui. Yakinkan pada diri bahwa Allah akan memberikan yang terbaik untuk mahluknya yang mau bersyukur dan bersabar.
Menyarankan ibu dan keluarga untuk tetap selalu beribadah sehingga akan terhindar dari fikiran buruk dan buruk sangka. Semua yang telah Allah berikan adalah bukti rasa cintanya kepada mahlukNya. Dan yakinkan pada diri bahwa Allah SWT tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan umatnya.
Al-baqoroh 153
Artinya:” Ada pula yang mengartikan: Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat”.

Ali imron
200. Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung

No comments:

Post a Comment