Thursday, April 19, 2012

retardasi mental

Keterbelakangan Mental (Retardasi Mental, RM) adalah suatu keadaan yang ditandai  dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri (berpelilaku adaptif), yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun.

Orang-orang yang secara mental mengalami keterbelakangan, memiliki perkembangan kecerdasan (intelektual) yang lebih rendah dan mengalami
kesulitan dalam proses belajar serta adaptasi sosial.
3% dari jumlah penduduk mengalami keterbelakangan mental.
b. penyebab
    Tingkat kecerdasan ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan.
Pada sebagian besar kasus RM, penyebabnya tidak diketahui; hanya 25% kasus yang memiliki penyebab yang spesifik.

Secara kasar, penyebab RM dibagi menjadi beberapa kelompok:

c. Tingkatan Retardasi Mental
Tingkat
Kisaran IQ
Kemampuan Usia Prasekolah
(sejak lahir-5 tahun)
Kemampuan Usia Sekolah
(6-20 tahun)
Kemampuan Masa Dewasa
(21 tahun keatas)
Ringan
52-68
  Bisa membangun kemampuan sosial & komunikasi
  Koordinasi otot sedikit terganggu
  Seringkali tidak terdiagnosis
  Bisa mempelajari pelajaran kelas 6 pada akhir usia belasan tahun
  Bisa dibimbing ke arah pergaulan sosial
  Bisa dididik
Biasanya bisa mencapai kemampuan kerja & bersosialisasi yg cukup, tetapi ketika mengalami stres sosial ataupun ekonomi, memerlukan bantuan
Moderat
36-51
  Bisa berbicara & belajar berkomunikasi
  Kesadaran sosial kurang
  Koordinasi otot cukup
  Bisa mempelajari beberapa kemampuan sosial & pekerjaan
  Bisa belajar bepergian sendiri di tempat-tempat yg dikenalnya dengan baik
  Bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dengan melakukan pekerjaan yg tidak terlatih atau semi terlatih dibawah pengawasan
  Memerlukan pengawasan & bimbingan ketika mengalami stres sosial maupun ekonomi yg ringan
Berat
20-35
  Bisa mengucapkan beberapa kata
  Mampu mempelajari kemampuan untuk menolong diri sendiri
  Tidak memiliki kemampuan ekspresif atau hanya sedikit
  Koordinasi otot jelek
  Bisa berbicara atau belajar berkomunikasi
  Bisa mempelajari kebiasaan hidup sehat yg sederhana
  Bisa memelihara diri sendiri dibawah pengawasan
  Dapat melakukan beberapa kemampuan perlindungan diri dalam lingkungan yg terkendali
Sangat berat
19 atau kurang
  Sangat terbelakang
  Koordinasi ototnya sedikit sekali
  Mungkin memerlukan perawatan khusus
  Memiliki beberapa koordinasi otot
  Kemungkinan tidak dapat berjalan atau berbicara
  Memiliki beberapa koordinasi otot & berbicara
  Bisa merawat diri tetapi sangat terbatas
  Memerlukan perawatan khusus


       Anak dengan MR ringan (IQ 52-68) bisa mencapai kemampuan membaca sampai kelas 4-6. Meskipun memiliki kesulitan membaca, tetapi mereka dapat mempelajari kemampuan pendidikan dasar yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka memerlukan pengawasan dan bimbingan serta pendidikan dan pelatihan khusus.
      Biasanya tidak ditemukan kelainan fisik, tetapi mereka bisa menderita epilepsi.
Mereka seringkali tidak dewasa dan kapasitas perkembangan interaksi sosialnya kurang.
Mereka mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru dan mungkin memiliki penilaian yang buruk.
Mereka jarang melakukan penyerangan yang serius, tetapi bisa melakukan kejahatan impulsif.
      Anak-anak dengan RM moderat (IQ 36-51) jelas mengalami kelambatan dalam belajar berbicara dan keterlambatan dalam mencapai tingkat perkembangan lainnya (misalnya duduk dan berbicara). Dengan latihan dan dukungan dari lingkungannya, mereka dapat hidup dengan tingkat kemandirian tertentu.
      Anak-anak dengan RM berat (IQ 20-35) dapat dilatih meskipun agak lebih susah dibandingkan dengan RM moderat.
      Anak-anak dengan RM sangat berat (IQ 19 atau kurang) biasanya tidak dapat belajar berjalan, berbicara atau memahami.

    Angka harapan hidup untuk anak-anak dengan RM mungkin lebih pendek, tergantung kepada penyebab dan beratnya RM. Biasanya, semakin berat RMnya maka semakin kecil angka harapan hidupnya.

d. Diagnosa
      Seorang anak RM menunjukkan perkembangan yang secara signifikan lebih lambat dibandingkan dengan anak lain yang sebaya.

      Tingkat kecerdasan yang berada dibawah rata-rata bisa dikenali dan diukur melalui tes kecerdasan standar (tes IQ), yang menunjukkan hasil kurang dari 2 SD (standar deviasi) dibawah rata-rata (biasanya dengan angka kurang dari 70, dari rata-rata 100).

e.Pengobatan
      Tujuan pengobatan yang utama adalah mengembangkan potensi anak semaksimal mungkin.
       Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan khusus, yang meliputi pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk membantu anak berfungsi senormal mungkin.
Pendekatan perilaku sangat penting dalam memahami dan bekerja sama dengan anak RM.

f. Pencegahan
     1.  Konsultasi genetik akan memberikan pengetahuan dan pengertian kepada orang tua dari anak RM mengenai penyebab terjadinya RM.

     2.  Vaksinasi MMR secara dramatis telah menurunkan angka kejadian rubella (campak Jerman) sebagai salah satu penyebab RM.

     3. Amniosentesis dan contoh vili korion merupakan pemeriksaan diagnostik yang dapat menemukan sejumlah kelainan, termasuk kelainan genetik dan korda spinalis atau kelainan otak pada janin.

     4. Setiap wanita hamil yang berumur lebih dari 35 tahun dianjurkan untuk menjalani amniosentesis dan pemeriksaan vili korion, karena mereka memiliki resiko melahirkan bayi yang menderita sindroma Down.
     5. USG juga dapat membantu menemukan adanya kelainan otak.
Untuk mendeteksi sindroma Down dan spina bifida juga bisa dilakukan pengukuran kadar alfa-protein serum.
    6. Diagnosis RM yang ditegakkan sebelum bayi lahir, akan memberikan pilihan aborsi atau keluarga berencana kepada orang tua.

Tindakan pencegahan lainnya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya RM:
Pencegahan rubella kongenitalis merupakan contoh yang baik dari program yang berhasil untuk mencegah salah satu bentuk RM.
Kewaspadaan yang konstan (misalnya yang berhubungan dengan kucing, toksoplasmosis dan kehamilan), membantu mengurangi RM akibat toksoplasmosis.

Kelainan bawaan sejak lahir yang terjadi pada 1 diantara 700 bayi. Mongolisma (Down’s Syndrome) ditandai oleh kelainan jiwa atau cacat mental mulai dari yang sedang sampai berat. Tetapi hampir semua anak yang menderita kelainan ini dapat belajar membaca dan merawat dirinya sendiri.
Sindrom Down adalah suatu kumpulan gejala akibat dari abnormalitas kromosom, biasanya kromosom 21, yang tidak berhasil memisahkan diri selama meiosis sehingga terjadi individu dengan 47 kromosom. Sindrom ini pertama kali diuraikan oleh Langdon Down pada tahun 1866.
Down Syndrom merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling banyak terjadi pada manusia. Diperkirakan 20% anak dengan down syndrom dilahirkan oleh ibu yang berusia di atas 35 tahun. Syndrom down merupakan cacat bawaan yang disebabkan oleh adanya kelebihan kromosom x. Syndrom ini juga disebut Trisomy 21, karena 3 dari 21 kromosom menggantikan yang normal. 95% kasus syndrom down disebabkan oleh kelebihan kromosom.
b. Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kelainan kromosom (Kejadian Non Disjunctional) adalah:
1. Genetik
Karena menurut hasil penelitian epidemiologi mengatakan adanya peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan syndrom down.
2. Radiasi
Ada sebagian besar penelitian bahwa sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan syndrom down pernah mengalami radiasi di daerah sebelum terjadi konsepsi.
3. Infeksi Dan Kelainan Kehamilan
4. Autoimun dan Kelainan Endokrin Pada ibu
Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid.
5. Umur Ibu
Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non dijunction” pada kromosom. Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiolsistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon danpeningkatan kadar LH dan FSH secara tiba-tiba sebelum dan selam menopause. Selain itu kelainan kehamilan juga berpengaruh.
6. Umur Ayah
Selain itu ada faktor lain seperti gangguan intragametik, organisasi nukleolus, bahan kimia dan frekuensi koitus.
c.Gejala Klinis
Berat badan waktu lahir dari bayi dengan syndrom down umumnya kurang dari normal.
Gejala-Gejala Lain :
1. Anak-anak yang menderita kelainan ini umumnya lebih pendek dari anak yang umurnya sebaya.
2. Kepandaiannya lebih rendah dari normal.
3. Lebar tengkorak kepala pendek, mata sipit dan turun, dagu kecil yang mana lidah kelihatan menonjol keluar dan tangan lebar dengan jari-jari pendek.
4. Pada beberapa orang, mempunyai kelaianan jantung bawaan.
Juga sering ditemukan kelainan saluran pencernaan seperti atresia esofagus (penyumbatan kerongkongan) dan atresia duodenum, jugaa memiliki resiko tinggi menderita leukimia limfositik akut. Dengan gejala seperti itu anak dapat mengalami komplikasi retardasi mental, kerusakan hati, bawaan, kelemahan neurosensori, infeksi saluran nafas berulang, kelainan GI.
d. Penyebab
1. Pada kebanyakan kasus karena kelebihan kromosom (47 kromosom, normal 46, dan kadang-kadang kelebihan kromosom tersebut berada ditempat yang tidak normal)
2. Ibu hamil setelah lewat umur (lebih dari 40 th) kemungkinan melahirkan bayi dengan Down syndrome.
3. Infeksi virus atau keadaan yang mempengaruhi susteim daya tahan tubuh selama ibu hamil.
Anak syndrom down akan mengalami beberapa hal berikut :
1. Gangguan tiroid
2. Gangguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa
3. Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada lensa dan kornea
4. Usia 30 tahun menderita demensia (hilang ingatan, penurunan kecerdasan danperubahan kepribadian)
e. Pencegahan
1. Konseling Genetik maupun amniosentesis pada kehamilan yang dicurigai akan sangat membantu mengurangi angka kejadian Sindrom Down.
2. Dengan Biologi Molekuler, misalnya dengan “ gene targeting “ atau yang dikenal juga sebagai “ homologous recombination “ sebuah gen dapat dinonaktifkan.

f. Penanganan Secara Medis
a. Pendengarannya : sekitar 70-80% anak syndrom down terdapat gangguan pendengaran dilakukan tes pendengaran oleh THT sejak dini.
b. Penyakit jantung bawaan
c. Penglihatan : perlu evaluasi sejak dini.
d. Nutrisi : akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi / prasekolah.
e. Kelainan tulang : dislokasi patela, subluksasio pangkal paha / ketidakstabilan atlantoaksial. Bila keadaan terakhir ini sampai menimbulkan medula spinalis atau bila anak memegang kepalanya dalam posisi seperti tortikolit, maka perlu pemeriksaan radiologis untuk memeriksa spina servikalis dan diperlukan konsultasi neurolugis.
Pendidikan
a. Intervensi Dini
Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi lingkungan yang memeadai bagi anak dengan syndrom down, bertujuan untuk latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa. Selain itu agar ankak mampu mandiri sperti berpakaian, makan, belajar, BAB/BAK, mandi,yang akan memberi anak kesempatan.
b. Taman Bermain
Misal dengan peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus melalui bermain dengan temannya, karena anak dapat melakukan interaksi sosial dengan temannya.
c. Pendidikan Khusus (SLB-C)
Anak akan mendapat perasaan tentang identitas personal, harga diri dan kesenangan. Selain itu mengasah perkembangan fisik, akademis dan dan kemampuan sosial, bekerja dengan baik dan menjali hubungan baik.

  1. Pengertian
Suatu keadaan dimana penderita seolah memiliki dunia sendiri, tidak memperdulikan dunia luar.
  1. Gejala-gejalaPada anak-anak :
  1. Komplikasi
Sering mengalami kecelakaan seperti terpotong anggota badannya sendiri karena kurangnya atau tidak ada reaksi terhadap rangsangan sakit.
  1. Penyebab
    Belum dapat diketahui penyebabnya tetapi kelainan ini dapat dihubungkan dengan
    :
  1. Tindakan
4. SINDROMA HUNTER                    
Sindrom Hunter, atau mucopolysaccharidosis Type II, adalah penyakit lysosomal penyimpanan yang disebabkan oleh kekurangan (atau menghilang) enzim, iduronate-2-sulfatase (I2S).
Sindrom ini dinamakan dokter Charles A. Hunter (1873-1955), yang pertama kali menggambarkannya pada tahun 1917. Lahir di Skotlandia, Hunter beremigrasi ke Kanada dan memiliki praktek medis di Winnipeg, Manitoba.
Sindrom Hunter, atau mucopolysaccharidosis II (MPS II), adalah kelainan genetik yang serius yang terutama mempengaruhi laki-laki. Itu mengganggu kemampuan tubuh untuk merobohkan dan mendaur ulang tertentu mucopolysaccharides, juga dikenal sebagai membentuk glikosaminoglikan atau MUNTAH. Hunter sindrom adalah salah satu dari beberapa penyakit terkait lysosomal penyimpanan.
Dalam sindrom Hunter, GAG membangun dalam sel seluruh tubuh kekurangan atau tidak adanya enzim iduronate-2-sulfatase (I2S).
Ini penumpukan mengganggu dengan cara tertentu sel dan organ dalam tubuh fungsi dan mengarah ke beberapa gejala yang serius. Sebagai penumpukan GAG berlanjut sepanjang sel-sel tubuh, tanda-tanda Hunter sindrom menjadi lebih terlihat.
Manifestasi fisik untuk beberapa orang dengan Sindrom Hunter termasuk fitur wajah yang berbeda dan besar kepala. Dalam beberapa kasus Hunter sindrom, sistem saraf pusat keterlibatan menyebabkan perkembangan penundaan dan masalah sistem saraf.
Tidak semua orang dengan Sindrom Hunter dipengaruhi oleh penyakit dalam cara yang sama, dan tingkat perkembangan gejala bervariasi. Namun, sindrom Hunter selalu parah, progresif dan membatasi kehidupan
Belum ditemukan obatnya, penanganan dapat dilakukan dengan memberikan perhatian dan membantu penderita memenuhi kebutuhan sehari-hari.

ASUHAN SECARA ISLAMI
Mengajak ibu dan keluarga berdoa untuk kesembuhan anaknya, kelahiran anak adalah suatu anugerah sehingga kita perlu mensyukuri nikmat yang Allah SWT berikan. Ini hanyalah salah satu cobaan yang harus kita lalui. Yakinkan pada diri bahwa Allah akan memberikan yang terbaik untuk mahluknya yang mau bersyukur dan bersabar.
Menyarankan ibu dan keluarga untuk tetap selalu beribadah sehingga akan terhindar dari fikiran buruk dan buruk sangka. Semua yang telah Allah berikan adalah bukti rasa cintanya kepada mahlukNya. Dan yakinkan pada diri bahwa Allah SWT tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan umatnya.











1 comment: